Sabtu, 24 Mei 2014

Panggilan Nurani



Jika kalian punya waktu, maka silahkan lakukan riset kecil tentang industri rokok di negeri ini. Kalian akan menemukan fakta, cepat atau lambat, puluhan ribu buruh pabrik rokok terancam di PHK, menyusul belasan ribu lainnya yang sudah di PHK. Omong kosong soal industri padat karya, rokok produksi tangan, pemilik perusahaan rokok justeru sedang menggeser besar-besaran menjadi rokok produksi mesin. Satu mesin bisa menghabisi ribuan buruh. Dan jika industri rokok di Indonesia sama seperti di negara2 maju sana, tidak akan ada lagi buruh yang dibutuhkan, diganti mesin.


Apakah pemilik pabrik rokok peduli dengan buruh? Paling mentok mereka hanya bilang kami sudah kasih pesangon, kami sudah kasih pendidikan wirausaha, kami sudah ini, itu. Tapi kami sungguh lebih peduli hitung2an matematis, untung rugi bisnis kami, lebih baik produksi pakai mesin, lebih murah, efisien. Itu yang kami peduli.

Jika kalian membaca angka impor tembakau dari tahun ke tahun, maka kalian akan menemukan angkanya tumbuh signifikan. Ratusan ribu ton dibawa dari luar negeri sana. Lantas kemana tembakau lokal produksi petani sini?

Apakah pemilik pabrik rokok peduli dengan petani lokal? Aduh, kalian tertipu mentah2, mereka hanya peduli hitung2an matematis mana bahan baku yang paling baik, paling murah. Jika di planet Mars bisa tumbuh tembakau, dan lebih murah, mereka akan beli dari sana. Mana peduli dengan petani setempat.

Nah, jika buruhnya saja, petani yang menyediakan bahan baku saja mereka tidak peduli, lantas darimana rumusnya mereka peduli dengan kalian para perokok?

Apakah pernah jika kalian kena kanker, lantas perusahaan rokok datang memberikan biaya berobat? Apakah pernah jika kalian kena sakit jantung, stroke, perusahaan rokok datang membezuk? Omong kosong. Yang ada, ketika perokok jatuh sakit, maka yang repot merawat adalah yang selama ini tidak merokok. Ketika perokok jatuh sakit atas kenikmatannya selama ini, maka yang menanggung beban justeru keluarga yang sama sekali tidak merokok.

Apakah pemilik pabrik rokok peduli dengan perokok? Peduli dengan anak2, remaja yang coba2 merokok? Silahkan baca banyak laporan, silahkan pelajari, mereka justeru menginginkan perokok baru. Mereka agresif sekali menyasar negara berkembang, tempat dimana pemahaman hidup sehat tumbuh terlambat. Tempat dimana mereka bisa bernegosiasi dengan birokrasi, penguasa, bahkan bila perlu bisa menghapus pasal dalam undang2. Apalagi soal ratifikasi, gampang diatur.

Maka mari kita bandingkan angka2nya. Satu perusahaan rokok bisa untung 10 triliun dalam setahun. Dengan untung segila itu, mereka bisa membungkus seluruh bisnis mereka dengan begitu banyak kosmetik, hipokrasi. Darimana logikanya rokok jadi sponsor olahraga? Rokok memberikan beasiswa? Itu hanya bungkus kemasan jenius. Mereka punya dana kampanye merokok triliunan, tidak mudah melawannya.

Apakah pemilik pabrik rokok peduli dengan kesehatan bayi2? Balita? Bahkan janin? Tidak. Jika mereka dengan hal ini saja tidak peduli, maka apalagi kalian perokok dewasa, mereka hanya menjadikan kalian mangsa pasar. Dalam hati, mereka justeru tertawa, terkekeh, silahkan merokok, merokok itu keren, jantan. Kalau kalian sakit, urusan kalian sendiri. Kalau anggota keluarga kalian yang terkena penyakit, bodo amat, itu bukan urusan kami.

Panggil nurani terdalam kalian.

Jaga anak2 kita, remaja2 kita dari contoh merokok. Lindungi mereka, bukan sebaliknya, malah cengengesan tidak peduli. Kita tahu persis jika merokok itu tidak sehat. Berhentilah bersilat lidah. Maka, jika kita tidak bisa menutup kebiasaan tersebut, jangan jadi contoh bagi anak2 kita. Dan frankly speaking, my dear anggota page yg merokok, saya tidak pernah peduli dengan kalian para perokok, ngapain saya harus peduli? Kalian sudah dewasa semua, tapi saya memutuskan peduli dengan remaja2 kita. Anak2 yang belum menyentuh rokok. Dengan bombardir begitu banyak tulisan soal ini, semoga mereka tidak mau bersentuhan dengan rokok. Tumbuh kesadaran tersebut. Jadi jangan terlalu GR, tidak ada yang sedang mengurus kalian.

Semoga masih ada yang mau memahaminya. Semoga masih ada yang mau merapatkan barisan, menjaga anak2 kita dari rokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan sampaikan komentar anda pada kolom yang tersedia.terimakasih